Seiring
berkembangnya zaman yang semakin maju yang biasa disebut era Globalisasi. Era yang
menghadirkan perubahan pada berbagai aspek kehidupan. Era yang mengubah tatanan kehidupan manusia dari
tradisional menuju modern. Era dimana segala sesuatu dapat dilakukan dan
diperoleh secara instan. Pada intinya era globalisasi adalah era yang semakin
memanjakan manusia dalam mengerjakan segala aktivitas kehidupannya. Disatu sisi
era ini membawa dampak positif misalnya dalam hal komunikasi, pesan yang ingin
disampaikan kepada orang lain dapat diterima orang lain tersebut hanya dalam
hitungan menit bahkan detik tanpa mengenal jarak dan waktu.
Disisi
lain era globalisasi juga membawa dampak negatif. Salah satu contohnya nilai
sosial dan hubungan antar sesama manusia semakin turun. Memang dengan
komunikasi yang semakin canggih dapat mendekatkan yang jauh, namun terkadang
juga menjauhkan yang dekat. Era globalisasi seakan meninabobokan manusia dalam
kenyamanan dengan berbagai teknologinya.
Di
negeri ini, era globalisasi identik dengan era yang membuka pintu lebar-lebar masuknya
budaya asing yang membuat tatanan hidup mereka cenderung mirip orang asing daripada
nenek moyangnya. Akibat dari terbukanya pintu dan tanpa ada filter yang kuat,
membawa suatu virus ganas. Virus yang lebih dikenal dengan F4(Food, Fun,
Fashion dan Film) dapat menyerang dan melumpuhkan kepribadian orang-orang
di negeri ini khususnya pemuda. Pertama Food, realita dilapangan menunjukan
orang di negeri ini lebih bangga ketika makan Steak, Pizza, Burger dan
sejenisnya daripada makan pecel, klepon dan makanan tradisional lainnya. Kedua Fun,
banyak pemuda yang lebih senang tongkrongan sambil gitaran atau pacaran sana
sini daripada belajar. Hal ini terjadi karena doktrin-doktrin negatif yang
masuk ke kepala mereka akibat semakin majunya teknologi. Ketika kita flashback
ke beberapa puluh tahun yang lalu betapa luar biasanya pemuda pada saat itu,
walaupun hanya dengan teknologi seadanya namun tak menjadikan mereka
bermalas-malasan dan bersenang-senang justru hal tersebut yang menyulut
semangat mereka untuk belajar agar dapat merubah kehidupannya kearah yang lebih
baik. Ketiga Fashion, fashion atau penampilan tak luput dari pengaruh
barat. Pakaian ketat, rok mini, gaya rambut acak-acakan menggeser kearifan dan
kesantunan budaya lokal. Mereka menganggap itu lebih keren dan stylis
daripada budaya lokal yang dianggap norak dan ketinggalan jaman. Keempat Film,
akhir-akhir ini kita sering melihat film-film bergenre horor namun diselingi
adegan-adegan sensualitas. Selain film tersebut, dikalangan pemuda banyak
beredar video-video yang tak layak mereka tonton. hal itu seakan mendukung
pikiran liberal pemuda-pemuda dalam berimajinasi sehingga tak sedikit pikiran
liberal tersebut yang diinternalisasikan dan akhirnya banyak terjadi sex bebas,
hamil diusia sekolah dan sebagainya. Bahayanya virus F4 tidak hanya menjangkit
pemuda biasa saja tapi pemuda islam juga tertular ganasnya virus ini.
Sudah
saatnya pemuda islam bangun dari ninabobok dampak globalisasi. Sudah saatnya
pula bangkit dan mencari serta merebut setiap peluang yang ada untuk mengembalikan
kejayaan islam di era globalisasi. Dengan dampak-dampak globalisasi itu
hendaknya tidak menghalangi pemuda-pemuda islam untuk bergerak. Bergerak disini
bukan berarti menolak atau pun memerangi era globalisasi tetapi bagaimana
pemuda-pemuda islam mampu menempatkan dirinya dan mampu mengambil peran penting
dalam era ini. Sebagai pemuda islam, jangan menutup diri terhadap perkembangan
jaman. Tetapi hendaknya mempunyai prinsip seperti prinsip orang jepang, “ambil
yang baik, buang yang buruk dan ciptakan yang baru” dan tentunya yang
diambil itu yang sesuai syariat tanpa melanggar ketentuan Alqur’an maupun
hadits. Dengan prinsip tersebut harapannya dapat mengubah mindset orang awam
yang beranggapan bahwa islam itu konotasinya kuno, bodoh dan ketinggalan jaman
berubah menjadi lebih berfikir positif terhadap islam.
Pemuda
islam juga harus membuka diri terhadap perkembangan teknologi yang semakin
canggih artinya pemuda islam mempelajarinya atau bahkan menciptakan teknologi
baru yang lebih canggih. Karena Alloh tidak hanya menyuruh umatnya untuk
belajar mengenai islam saja namun juga untuk mempelajari ilmu pengetahuan alam
dan teknologi. Dalam hadits Rosululloh Bersabda, “Tuntutlah ilmu walau
sampai ke negeri Cina” (HR. Ibnu Abdil). Padahal
waktu itu negeri cina bukanlah negeri yang mayoritas islam sehingga dari hadits
tersebut dapat diartikan bahwa islam sangat menganjurkan umatnya untuk belajar segala
ilmu selama masih dalam koridor syariat. Dengan adanya kemauan belajar dan
sifat ulet serta pantang menyerah dalam belajar akan melahirkan ilmuwan-ilmuwan
muslim di era modern.
Selain
itu, Pemuda islam dapat memanfaatkan teknologi untuk kemajuan dan dakwah islam.
Bila menelisik lebih jauh tentang kebiasaan mayoritas pemuda termasuk pemuda
islam. Mereka seakan mempunyai satu dunia baru yakni dunia maya. Dunia yang
membuat mereka nyaman dan leluasa untuk berekspresi tanpa ada batasan. Walaupun
belum ada lembaga survey yang memberikan persentase pemuda negeri ini yang
punya akun facebook maupun twitter. Tetapi melihat realita yang ada, mayoritas
sudah mempunyai akun facebook atau twitter. Pemuda islam dapat mengambil
perannya sebagai dai dengan menjadikan sosial media itu sebagai media dakwah
sehingga akun tersebut membawa kebermanfaatan baik bagi dirinya maupun orang
lain.
Dibidang
ekonomi, pemuda islam dapat menerapkan muamalah sesuai syariat islam tanpa ada
riba dalam setiap transaksi yang dilakukan. Fakta telah memperlihatkan bahwa
sistem ekonomi yang diterapkan bangsa-bangsa barat tidak mampu menghadapi krisis
global. Tetapi hanya sistem yang sesuai syariat islam yang mampu bertahan. Ini
membuktikan bahwa sistem ekonomi yang dibangun dan dikembangkan sesuai syariat
islam mampu menghadapi era globalisasi. Sistem ekonomi ini bila diterapkan dan
ditekuni maka bukan tidak mungkin negeri-negeri islam yang masih miskin dapat
sejajar dengan negeri-negeri kaya.
Dibidang
politik, sistem kapitalis dan liberalis yang diterapkan bangsa-bangsa barat
secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan pemuda islam. Sistem-sistem itu
membuat pemuda cenderung berprilaku liar dan ternyamankan oleh sistem sehingga
nilai solidaritas dalam dirinya menurun. Sejarah mencatat dimana pemerintahan
dengan sistem kekhalifahan mampu menaungi hampir 2/3 dunia dengan kedamaian dan
ketentraman dibawah naungan panji islam. Keimanan dan ketaqwaanlah yang menjadi
rahasia mereka mencapai kejayaan. Peran pemuda islam disini adalah menanamkan
nilai-nilai kekhalifahan kepada pemimpin
atau setidaknya sebagai generasi yang akan memegang pimpinan selanjutnya sudah
mempersiapkan diri dan membekali diri sebaik-baiknya sehingga kedamaian dibawah
naungan islam kembali terjadi di era globalisasi.
Peran-peran
tersebut dapat direalisasikan manakala pemuda islam mempunyai pondasi yang kuat
dan kokoh agar tujuan mulia itu tercapai bukan malah terbawa arus negatif
globalisasi. Setidaknya ada 4 hal sebagai pondasi tersebut, yaitu:
1.
Tauhid
yang kuat
Tauhid yang kuat akan mendorong seseorang berhati-hati melakukan
sesuatu khususnya perbuatan negatif. Dengan adanya tauhid yang kuat perilaku akan
selalu terjaga karena setiap akan melakukan sesuatu selalu ada pertimbangan
apakah yang akan dilakukan nantinya diridhoi Alloh atau tidak. Sehingga
menimbulkan output perbuatan-perbuatan yang baik karena ada kontrol dari ketauhidan
yang kuat.
2.
Pemahaman
agama yang kuat
Ilmu agama adalah salah satu podasi dalam mengarungi hidup yang berkah.
Tanpa agama hidup seseorang akan kacau dan tak terarah. Dalam hal ini, bukan
hanya pemahaman dan pengetahuan tentang islam yang kuat namun juga mampu
menerapkannya. Aqidah yang kuat, akhlaq yang baik dan istiqomah dalam beribadah
wajib maupun sunnah yang membentengi orang dari berbagai ancaman yang dapat
membahayakannya.
3.
Ilmu
pengetahuan yang lebih
Ilmu pengetahuan yang lebih akan membantu pemuda islam dalam
menjalankan peranya sebagai perubah peradaban. Tanpa ilmu bagaimana mungkin ia
dapat melakukan perubahan. Tentunya seorang yang ingin merubah sistem
pemerintahan haruslah mengerti dan memahami ilmu tentang pemerintahan. Tanpa
pemahaman dan pengetahuan perubahan yang akan dilakukan justru akan memperburuk
sistem pemerintahan. Pemuda islam tidak hanya dituntut untuk menekuni satu
bidang ilmu saja namun juga menekuni berbagai bidang. Sehingga dengan bekal
ilmu yang cukup ia siap melakukan perubahan dimana saja.
4.
Niat
tulus dan komitmen
Setiap perbuatan tergantung pada niatnya. Sebagai agent of
change sudah menjadi keharusan untuk melakukan perubahan. Perubahan yang
didasari dengan niat semata-mata karena Alloh untuk merubah dari tatanan yang
buruk kearah yang baik. Niat yang benar akan menghadirkan komitmen yang kuat
sehingga mampu menangkis segala ancaman-ancaman yang mencoba menghadang. Selain
itu juga menghadirkan Ghiroh atau semangat pantang menyerah untuk berjuang
menjalankan peran dalam menghadapi tantangan global.
Pada dasarnya di era globalisasi,
pemuda islam memikul suatu beban berat yakni merubah tatanan-tatanan kehidupan
yang buruk kearah yang lebih baik untuk segala aspek kehidupan. Memang itu
sangat membutuhkan perjuangan yang super ekstra keras agar terealisasi menjadi
nyata. Man Jadda wa Jada Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia
akan mendapatkannya. Sejarah sudah memberi teladan betapa luar biasa perjuangan
yang dilakukan Muhammad Al-fatih untuk melakukan perubahan yakni dengan menjalankan
kapal besar dilautan gurun. Selain itu ada Shalahuddin Al-Ayyubi
dengan usaha dan perjuangannya yang tak kalah luar biasa dengan Al-Fatih dalam
menaklukan Yerussalem. Itu hanya dua contoh dimana seorang diusia mudanya mampu
mengoptimalkan peluang untuk merubah peradaban.
Kini tinggal kita sebagai salah satu
pemuda islam ingin menempatkan posisi dimana, menjadi aktor utama perubahan,
pemeran pendukung atau bahkan yang lebih ironis hanya menjadi penonton. Pertanyaan
tersebut hanya kita yang bisa menjawab
dan bukan hanya sekedar jawaban dari mulut tapi juga ada realisasinya. Mereka
saja yang pada jaman teknologi masih sederhana dapat mengambil peluang dan
berperan sebagai agent of change, mengapa kita tidak? Mumpung masih muda, semangat masih membara,
inovasi dan kreativitas terus ada dan didukung teknologi yang luar biasa maka
marilah bersama rapatkan barisan untuk menjadi Al-Fatih atau Al-Ayubi era
modern yang cerdas mengambil setiap peluang dan menciptakan perubahan. Sudah
bukan saatnya pula berselisih sesama muslim tapi saatnya bersatu membentuk kesatuan
padu untuk menghadapi segala bentuk ancaman terhadap islam. Sehingga umat ini
tetap menyadang gelar Khairu ummah di bumi
Alloh SWT.
0 komentar:
Posting Komentar