Seiring
berjalannya waktu, jaman semakin terus maju dan kini tibalah jaman yang biasa
disebut era globalisasi atau ada yang mengatakan era modern. Era yang mengubah
tatanan hidup manusia dari tradisional ke modern. Era ini identik dengan
masuknya budaya-budaya asing ke dalam negeri. Semakin bertambahnya tahun,
seakan budaya asing perlahan mulai menggeser budaya lokal. Kebanyakan orang
mempunyai mindset bahwa budaya asing itu lebih keren dan terlihat lebih stylist
daripada budaya lokal yang menurut mereka kuno dan ketinggalan jaman. Untuk
mengubah mindset tersebut perlu strategi khusus dan kerja keras agar budaya
lokal tidak punah.
Penanaman
cinta budaya sejak dini merupakan salah satu langkah untuk menanggulangi
kepunahan budaya lokal. Mengubah mindset orang yang sudah berumur itu lebih
sulit daripada anak-anak. Bila usia anak-anak sudah tertanam mindset bahwa
budaya lokal itu tidak kalah dengan budaya asing, tentu akan mengubah pandangan
dan perilakunya ketika dewasa nanti. Namun melihat realita yang ada, anak-anak
sekarang banyak yang terekspansi oleh budaya asing. Mereka lebih mengenal
Naruto daripada Si Unyil. Mereka lebih senang bermain Playstation daripada
congklak atau dakonan. Mereka lebih senang menari ala boyband korea daripada
menari jaipong. Hal itu disebabkan oleh
doktrin-doktrin dari acara TV yang sering mereka tonton. Alangkah baiknya
ketika acara-acara TV menayangkan budaya-budaya lokal namun dikonsep sebaik
mungkin agar terlihat tidak kuno dan tidak kalah dengan budaya asing. Sehingga
akan mengenalkan kepada penontonnya betapa arif dan majemuknya budaya lokal.
Terkhusus pada anak-anak akan tertatanam cinta budaya lokal yang akan
membedakan mindset dan perilaku mereka dengan kebanyakan orang-orang terhadap
budaya lokal.
Selain
itu cara lain adalah memberikan inovasi terhadap budaya lokal sehingga mampu
merebut hati orang-orang. Inovasi-inovasi ini sudah mulai muncul karena keprihatinan
menurunnya minat masyarakat Indonesia terhadap budaya mereka sendiri. Terbukti
dengan munculnya batik bercorak logo tim sepak bola eropa yang lumayan diminati
para pemuda. Selain batik bercorak logo tim sepakbola, terlihat batik juga diterapkan
untuk model-model pakaian modern. Tak jarang di pasaran dijumpai berbagai jenis
pakaian yang bercorak batik. Hal tersebut sangat baik, secara tidak langsung dapat menanamkan nilai
cinta budaya dan mengubah cara pandang mereka yang menilai bahwa batik itu hanya
untuk acara resmi atau formal tapi ternyata juga dapat dipakai untuk acara
santai.
Tidak
hanya dibagian pakaian saja, hendaknya inovasi-inovasi tersebut muncul
dibagian-bagian yang lain. Mungkin dengan membuat suatu game digital dimana
game tersebut memuat suatu permainan tradisional. Atau lebih banyak memproduksi
animasi-animasi yang berlatarkan kisah-kisah lokal. Dengan inovasi-inovasi
tersebut diharapkan dapat mengubah mindset masyarakat terhadap budaya lokal
agar budaya lokal tidak punah dan mampu bersaing di era modern.
Untuk
mencegah kepunahan budaya lokal tidak hanya dengan penanaman cinta budaya sejak
dini dan inovasi terhadap budaya lokal saja namun perlu adanya filter yang kuat
terhadap budaya asing yang masuk dan perlu ada pertimbangan untuk menerapkan
budaya-budaya asing itu apakah sesuai dengan karakter bangsa ini atau tidak.
Sehingga ketika terjadi suatu akulturasi budaya asing dengan budaya lokal tidak
akan menurunkan nilai yang ada pada budaya lokal. Dengan kata lain budaya lokal
tidak akan punah.
Semua
itu diperlukan kesabaran dan keuletan dalam menerapkannya. Karena setiap
perubahan baik, itu butuh tahapan-tahapan agar tercapai puncak dari perubahan
itu. Seorang tokoh terkenal mengungkapkan bahwa perubahan itu harus disertai 3M
yakni mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan mulai saat ini
juga. Bila 3M tersebut kita aplikasikan dalam merubah mindset masyarakat
terhadap budaya lokal akan membawa dampak yang positif. Sehingga budaya lokal
dapat sejajar dengan budaya asing dan terhindarkan dari kepunahan. Sudah
selayak pula budaya lokal tetap kita lestarikan. Padahal orang asing pun sangat
tertarik kepada budaya kita. Tapi mengapa kita justru tertarik pada budaya
asing dan menganggap budaya lokal kuno dan ketinggalan jaman. Sudah saatnya
kita ubah mindset tersebut. Kearifan dan karakter budaya lokal yang beragam
sangat berharga dan tidak mampu dibarter dengan apapun. Sebagai putra-putra
bangsa hendaknya mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan mulai
saat ini juga belajar melestarikan budaya lokal agar budaya lokal tidak
tenggelam ditengah ganasnya ombak modernisasi.
0 komentar:
Posting Komentar