Mojosongo (27/09), Suatu hari ketika beres-beres Sekretariat JN UKMI UNS, ada sebuah majalah yang membuatku beralih perhatian padanya. Ku buka lembar demi lembar, bagus juga majalah ini, dari segi bahasa, tata letak, lay-outnya, "hem, pasti penerbitnya sekelas Arisalah atau kalau ndak El-Fata", pikirku. Setelah ku lihat sampulnya, tertulisan dengan gagahnya "AZZAM" dari nama tersebut ku ajak mataku tuk menelusuri penerbit dan tim redaksinya, betapa terkejutnya aku ketika melihat penerbit dan redaksinya adalah SKI FMIPA UNS, hem, SKI yang itu?? seakan aku tidak percaya, tapi sebagai salah satu pengurusnya ada kebanggan tersendiri ketika melihat majalah itu dan tahu bahwa dulu pernah membuat majalah yang bisa dikatakan punya kelas. Dari situ, aku tertarik tuk mengetahui lebih dalam tentang AZZAM. Singkat cerita di sebuah acara SKI FMIPA UNS, pas jadi MC aku dipertemukan Allah Subhanallahu wa ta'ala dengan mas Ikhsan Fauzi yang kebetulan sebagai pembicaranya. Beliau adalah ketua Umum SKI FMIPA UNS periode 2002 sekaligus pimpinan redaksi AZZAM. Disela-sela materi beliau menceritakan sekilas bagaimana majalah AZZAM dulu.
Periode 2014 pun lahir menggantikan periode 2013, di amanah yang baru ini, aku teringat akan mimpiku untuk mengetahui lebih dalam tentang majalah AZZAM yang kemudian bisa ada inspirasi-inspirasi dari sana pun aku juga berharap tidak hanya aku yang tahu, tapi juga teman-teman seperjuangan dan kepada adek-adek penerus kami nantinya saya harap juga akan mengetahui hal tersebut. Aku menargetkan mas Ikhsan Fauzi untuk disilaturahmi. Dan Alhamdulillah, hari ini kami berkesempatan berkunjung sekaligus silaturahmi ke keluarga mas Ikhsan Fauzi yang ternyata istrinya pun juga Alumni SKI FMIPA UNS. Kesempatan itu aku manfaatkan untuk menggali lebih dalam tentang majalah AZZAM. Beliau menceritakan bahwa awal mulanya majalah AZZAM adalah ketika pasca study banding ke LDF MIPA di UI, disana ada majalah Izza' (kalau ndak salah denger) yang mampu menembus pasar nasional. Dari Study banding itu ada inspirasi dan motivasi untuk membuat sebuah majalah dan terbentuklah Tim Redaksi majalah AZZAM. Dalam proses perjalannya, memang Tim Redaksi Majalah AZZAM tidak hanya berkerja selama 1 tahun tetapi untuk 4 tahun karena jika hanya sebentar maka untuk selanjutnya mulai dari nol kembali. Puncaknya ketika tahun 2004, dimana tahun itu merupakan kejayaan majalah AZZAM dan pada saat itu majalah AZZAM menjadi majalah satu-satunya yang populer di UNS. Bahkan di kolom pembaca, aku melihat pembacanya sampai banten. Ketika aku tanya pemasaraanya, memang selain di Solo Raya juga ke luar Solo via teman-teman yang berasal dari luar Solo. Dan tidak sekedar itu saja, aku membayangkan kalau pada waktu itu majalah AZZAM benar-benar jaya, melihat kolom iklan yang terpampang disana juga tidak sedikit. Mas Ikhsan juga bilang pada waktu itu, mereka mampu meraih keuntungan dan tidak lagi mengandalkan uang SKI FMIPA UNS.
Namun, karena kurang perhatian di kaderisasi Tim Redaksinya membuat majalah AZZAM berakhir dan tinggal cerita. Pada periode 2007, ketua umum SKI FMIPA UNS pada saat itu, mas Bambang ingin menghadirkan kembali majalah AZZAM, konsepan pun sudah jadi namun sebelum dilakukan aksi tindak lanjutnya Allah Subhanallahu Wa ta'ala memanggil beliau. Dan hingga kini, majalah AZZAM menjadi sebuah kenangan. Kenangan yang penuh motivasi dan inspirasi bagi kami walau kami tak berada dan tak menjadi bagian pada masa itu, kenangan yang membuat alumni-alumni dari Tim Redaksi majalah AZZAM memiliki kemampuan yang lebih, seperti kata mas Ikhsan Fauzi, dari AZZAM banyak pelajaran yang dapat diambil, seperti sekarang beliau jadi penulis dan teman-teman yang lain ada yang ahli desain meskipun bukan dari jurusan DKV.
Di akhir Silaturahmi, mas Ikhsan Fauzi memberikan petuah yang sangat berharga bagi kami. Petuah yang membangkitkan semangat kami untuk tetap istiqomah di jalan ini. Kurang lebih ini inspirasi yang aku dapatkan dari beliau,
Di akhir Silaturahmi, mas Ikhsan Fauzi memberikan petuah yang sangat berharga bagi kami. Petuah yang membangkitkan semangat kami untuk tetap istiqomah di jalan ini. Kurang lebih ini inspirasi yang aku dapatkan dari beliau,
Boleh jadi ketika amal kita tidak cukup untuk masuk surga dan Allah menempatkan kita di Neraka,, Ada Teman-teman, adik-adik, dan orang-orang yang pernah berjamaah dengan kita ataupun yang kita bina yang memberikan syafaat/rekomendasi untuk masuk syurga
0 komentar:
Posting Komentar