Suatu hal menarik ketika membahas tentang nikah. Tak ayal begitu banyak yang pasang status mengenai kegaluannya (biasanya yang sering ikhwan kalau akhwat mungkin juga merasakan hal yang sama). Ironisnya orang yang pasang status-status galau gak nikah-nikah. Tapi yang orang yang diam-diam tiba-tiba ngasih undangan. Saya mau iseng aja buat postingan nasyid yang cocok dari pra hingga pasca nikah. Ini untuk yang sudah cukup umur, yang belum cukup umur jangan coba-coba hehe (pengen denger nasyidnya,? klik aja judulnya!)
Alkisah ada seorang pemuda umur duapuluhan tahun. Hanif biasa ia di panggil, seorang mahasiswa yang berkuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Bengawan. Kuliah dan berorganisasi selalu mengisi hari-harinya. Ia juga terkenal aktif sebagai salah satu pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) di kampusnya.
Ikhwan sebuah label tuk sebutan cowok dan
Akhwat tuk yang cewek biasa digunakan di kalangan aktivis-aktivis LDK. Pun juga dengan si Hanif tak luput dari sebutan
Ikhwan. Suatu hari, berkumpul lima orang
Ikhwan dalam sebuah sekretariat. Mereka begitu asyik dan seru mendiskusikan sesuatu apalagi kalau bukan tentang Nikah dan
Akhwat. Diantara lima orang itu, Hanif menjadi salah satunya. Masing-masing
Ikhwan terlihat antusias menyebutkan nama-nama
Akhwat dalam obrolan itu. Dari si Siti yang kepala Departemen Kemuslimahan, Si Anis Sekretaris Departemen Litbang, Si Rini Sekretaris Umum, Si Dian yang baru staff hingga Si karmila yang notabenenya mbak-mbak yang sudah alumni (Pesan Penulis : ini hanya adegan jangan ditiru ya..hehe).
Tiba di Kos Hanif pun langsung meneparkan tubuhnya di sebuah kasur kecil. Sembari merenung dan masih membawa sisa-sisa obrolan tadi dipikirannya. Ada sebuah keinginan dalam diri Hanif untuk menikah, menyempurnakan setengah dari Agamanya. Dalam pikiran timbul sebuah pertanyaan apakah ia udah siap, siap mental, siap fisik, dan bla-bla-nya. Tapi masalah terbesarnya siapa
Akhwatnya??? Ia pun hanya bisa merayu-rayu dan di setiap malam bening ia selalu mengadu pada
sang Pencipta. Tak lupa ia mengaktifkan radarnya mencari sosok yang dicari. Sosok yang kelak menjadi
Jodoh Dunia Akhirat (Kang Abay). Meski namanya masih rahasia tapi Hanif tetep yakin bahwa ada sosok pendamping di masa depannya. Kini Hanif hanya bisa menanti jawaban atas doa dan
Ikhtiarnya. Memang
Penantian (Seismic) adalah satu ujian tapi Hanif tetap ada harapan. Karena keimanan itu tidak sekedar ucapan tapi adalah ketabahan dalam menghadapi cobaan. Sabar, hanya itu yang bisa ia lakukan dalam menanti pasangan hati dan tetap berdoa untuk tetep meneguhkannya dalam penantian ini.
"Berjumpa saat ta'aruf kita, bersama Ustad dan Ustadzah, saat keputusan pun dipinta, kau tersipuh tanda bersedia" , sepenggal lirik dari Amole voice terdengar dari HPnya. Tertulis di layar LCD
1 Message from ukhti Farah.
"Tumben nie, nie Akhwat sms,. paling juga jarkoman kajian", pikir Hanif. Yah,. memang hampir lebih dari satu semester tak sms'an dengan Farah semenjak musyawarah akhir LDK. Meskipun sebelum itu intensitas berhubungan dengan
Akhwat yang satu ini sangat sering karena tuntutan lembaga dimana waktu itu Farah adalah sekretaris dari bidang yang dikepalai Hanif.
"Bismillah,. Akhi Hanif bgmn kbr antum? Affwan sebelumnya Akh, bila isi sms ini nantinya kurang berkenan di hati antum, sudah lama ana menyimpan ini, sebuah perasaan kekaguman pd Antum. Kini ana beranikan tuk ngomong ke antum bahwa ana menyimpan perasaan ke antum dan berharap antum mau menjadi imam ana?". Mak,. Jleb-Jleb,. setelah membaca deretan pesan itu tiba-tiba jantung Hanif pun berdetak semakin kencang seakan habis lari maraton. Ada rasa ketidakpercayaan dalam dirinya.
Akhwat setangguh itu,
Akhwat yang senantiasa menjaga
Izzahnya, dan
Akhwat yang selalu taat pada sang Khalik itu menginginkanku menjadi imamnya. "
Ya Allah, Engkau menjawab doaku, dengan desain yang begitu indah, Sungguh engkau benar-benar Maha Pengasih dan Maha Penyayang", Pikir Hanif. Setelah meyakinkan dirinya dengan membaca sms itu berulang-ulang. Setelah cukup lama dan menata hatinya, dengan tarikan nafas panjang ia beranikan membalas sms tadi.
"Alhamdulillah kbr sy baik, suatu anugrah yg luar biasa yg Allah karuniakan kpd sy, bs mnjd Imam Ukhti, tp ijinkn sy tuk istikharah terlbih dhulu agar keputusan yg qt ambil kputusan yg diridhoi Allah". Ukhti
Nantikan Aku di Batas Waktu (Edcoustic).
Ukhti kalau memang dirimu yang tertulis di Lauh Mahfudz sana menjadi pendampingku insya Alloh akan ku jemput dirimu dan bersama kita melangkah menuju surga abadi. Kini ijinkanlah daku tuk melakukan Istikharah Cinta (SIGMA) memohon petunjuknya mungkinkah dirimu yang dipilihkanNya tuk diriku. Hari berganti hari akhirnya Hanif pun menemukan keyakinan, jawaban atas
Istikharahnya. Ia yakin bahwa farah adalah tulang rusuk yang dipilihkan Allah untuknya. Dan kini ia siap menjemput Farah yang telah lama menanti di batas waktu.
Kini tibalah hari bahagia itu, hari dimana sepasang insan mengikat janji suci dalam per
Nikah(Alief)an. Setelah melakukan ta'aruf sebelumnya kini tiba Hanif dan Farah pun menikah. Menikah karena ibadah, untuk menyempurnakan separuh dari agama. Di pernikahannya Hanif memberikan mahar sederhana, "
inilah Maharku UntukMu (Alief) ukhti Farah, seperti ini yang ku mampu , sepenuh hati ku berikan sebagai wujud cintaku, tapi ini tulus ku serahkan pada dirimu, seorang yang kupilih, Ucap Hanif pada Farah.
"Duhai Pangeranku, ana tidak menginginkan gunungan emas atau pun limpahan harta, engkau menjadi imam ana saja merupakan suatu Anugrah Terindah (Gradasi) yang Allah karuniakan pada ana." jawab Farah.
Ketika Dua Hati Manyatu (Seismic) dalam pernikahan menyatukan dua hati yang berjanji tuk arungi hidup di jalaNya, Allah akan berkahi mereka kala dalam asa kala dalam doa. Dan seketika itu, teman-teman Hanif dan Farah yang hadir dalam pernikahan tersebut mengucapkan kepada
kedua mempelai selamat datang di Dunia yang baru dan mendoakan semoga Bahagia serta semoga menjadi mentari bening pagi yang senantiasa menerangi bumi dan hati tanpa pamrih.
Hanif pun sangat bersyukur atas hadirnya Farah untuk menjadi teman hidup selamanya. Belahan hatinya pun kini telah terisi, Ia dan Farah kini telah mengikat janji bahagia. Ia pun mengajak Farah tuk berlayar merenda keluarga merentas hidup bersama. Dia sangat bahagia ditemukan belahan jiwanya dan berharap Tuhan mempersatukan mereka selamanya hingga bahagia sampai surga. Sembari minta Farah memegang tangan dan menatap matanya, Hanifpun berkata, "
Farah Kau Ditakdirkan Untuku (Edcoustic ft Inteam)" .
Seketika itu juga wajah Farah pun tersipuh malu.
Sekian bulan pun berlalu, kini Hanif baru menyadari bahwa menjadi Imam Farah sebuah kenikmatan yang tak terbayangkan sebelumnya. Ketika Hanif menatap mata Farah, terpancar sebuah cinta yang suci walau pernikahannya dengan Farah terbangun dari beda dunia. Tapi Farah tetaplah Farah, seorang wanita mulia yang ikhlas hidup bersahaja meski sebelumnya ia hidup tanpa perih namun disitulah letak kebahagiannya. "
Duhai Pendampingku (Edcoustic) Akhlaqmu permata bagiku buat aku makin cinta tetapkan selalu janji awal kita bersatu bahagia sampai ke Surga". Ucap Hanif. Semakin hari cinta mereka pun semakin erat, Farah mampu menjadi
Bidadari Surga (Ust Jefri Al Bukhori) yang punya setia yang mampu menjaga kemurniaanya saat Hanif tak ada dan jauh darinya serta
yang mampu memahami segala kekurangan Hanif. Hadirnya Farah pun menjadi tempat berlindung Hanif dari kejahatan nafsunya. Kini tiba tahun kedua setelah pernikahan, kebahagiaan semakin terpancar dari mereka berdua dengan hadirnya seorang hasil buah kasih sayang mereka yang kian menjadi keluarga mereka menjadi
Keluarga Bahagia (Saujana) yang sedamai taman firdausi karena limpahan kasih sayang sejati dan seharum semerbak kasturi mengharumi hidup insani.
Allahu Akbar,. Allahu Akbar,. Adzan subuh pun membangunkan Hanif dari petualangan di mimpi indahnya. Ternyata keindahan-keindahan tadi hanya sebatas mimpi. Hanif masih tetap menjadi mahasiswa yang masih galau dan belum mempunyai keberanian untuk menikah.
Sekian